“ Perasaan yang
Sama “
Oleh :
Mayolalita Pradina
“ Oh My God… Apa bener yang gue
liat…? “ Ucap gue takjub dalam hati saat gue liat matanya. Ow.. Ow.. Ow..,
matanya itu loh..!!! Bikin gue dag dig
dug deeerr. Rasanya enggak mau
mengedipkan mata gue walau cuma sebentar, enggak mau mengalihkan penglihatan
gue walau cuma sedetik. Sepertinya gue lagi
kena hipnotis. Tuhan… rasa apa ini..???
“
Woi... Kenapa lu liatin gue gitu…?? Naksir lu yah…?? “ Kata Rasta menebas
lamunan gue dengan gaya bicaranya yang khas sambil menjulurkan lidahnya.
“ Eh..Eh..Eng.. enggak apa-apa kok… “ Jawab
gue terkejut dan terbata-bata. Duh… Dia tau enggak ya kalau gue lagi liatin
matanya… Mudah-mudahan dia enggak tau deh. Akhirnya gue mutusin tuk cari alibi lain
buat ngehindar dari pertanyaan-pertanyaan dia nanti. Gue takut kalau sampai dia
tau gue liatin dia. Huh…!!!
“ Gue balik duluan ya “ Ucap gue sambil
melambaikan tangan dan mabur dari hadapan dia. Untungnya Rasta enggak ngejar
gue. Huh… Thank’s God.
Seperti biasanya, sesampainya gue di rumah,
nyokap dan bokap gue enggak ada. Yah.. Begitulah mereka mementingkan pekerjaan di banding anaknya sendiri. Sering
banget gue protes sama nyokap dan bokap gue, tapi yang ada malah makin sibuk.
Setiap gue coba bilang kalau gue kesepian dan butuh kehangatan mereka, gue cuma
di suruh tuk bersabar dan bersabar.
Gue lempar tas gue ke sofa lalu gue sandarkan
tubuh gue disana. Mata gue sudah enggak tahan tuk tetap terjaga, gue pun mutusin
tuk tidur sebentar. Namun baru beberapa menit gue pejamkan mata gue, bayangan mata Rasta terlintas di pikiran gue. Uh.. kenapa sih gue enggak bisa lupain hal
tadi...??? Gue paksakan mata gue tuk terlelap. Dan akhirnya gue tidur terlelap.
Setelah gue terjaga dari
tidur gue tepat pukul 16.00. tiba-tiba terdengar ketukan pintu dari luar.
Tok…Tok..Tok…!! dengan malasnya gue bangun dan berjalan menuju pintu.
“ Ya, tunggu sebentar… “ Ucap gue malas. Betapa
terkejutnya gue saat gue lihat siapa yang ada di balik pintu itu. Rasta..
OMG.. ada angin apa nih anak mampir ke rumah gue. Duh… Mana gue belum mandi.
Maklum habis bangun tidur.
“ Hai, La… “ Sapa Rasta dengan senyumnya yang
manis itu. Senyum yang buat gue terpesona sama dia di tambah pancaran cahaya
dari binar matanya yang buat gue jatuh cinta.
“ Eh.. Elo.. ada apa lo ke rumah gue…? “ Sahut
gue dengan nada jutek biar dia enggak curiga kalau ternyata gue suka sama dia.
Yah.. Walaupun sebenarnya gue seneng dia datang. Hhee…
“ Engga ada apa-apa kok.. gue tadi lewat depan
rumah lo, ya sudah gue putusin tuk mampir sebentar. Apa lo keberatan..? “ Tanya
dia sambil membenarkan posisi kacamata dochinya itu.
“ Oh.. Enggak kok, ya sudah ayo masuk.. “
Ajak gue sambil berjalan masuk ke rumah. “ Ya sudah lu duduk dulu biar nanti
gue ambil minum buat lo “ ucap gue dan ninggalin dia di ruang tamu sendiri. Rasta pun mengangguk. Gue segera menuju ke dapur dan buatin Rasta minum.
“ Nih minumnya “ kata gue sambil ngasih
segelas jus jeruk kesukaan dia.
“
Wah jus jeruk… Thank’s yah.. “ Ucap Rasta yang lagi-lagi mengeluarkan jurus
andalan yang biasa bikin gue melayang. Ya enggak salah lagi yaitu senyuman dan
tatapan matanya. Duh.. Jantung gue berdebar kencang saat itu. Sadar Yola…
Sadar.
“
Oh iya… tadi kenapa lo pulang duluan..? enggak kaya biasanya “ Tanya Rasta
sambil natap gue. Ini dia yang bikin gue enggak bisa jawab. Selain karena gue
susah cari alibi lain dan karna tatapannya itu. Tapi, mau bagaimana lagi siap
atau enggak gue memang harus jawab semua itu.
“ Ooh itu… e.. e.. enggak apa-apa kok. Gue
Cuma mau coba pulang sendiri saja “ Ucap gue kehabisan kata-kata. Seenggaknya gue
bisa jawab! ucap gue dalam hati.
“ Oh “ jawab Rasta singkat. “ Ya sudah gue
balik dulu yah, besok lo jangan berangkat duluan..! nanti gue jemput jam 6..
oke “ lanjut Rasta sambil mengelus kepala gue. Deg…! Jantung gue seakan
berhenti berdetak saat itu. Gue pun Cuma bisa mengangguk tanda setuju tanpa
bisa berkata apa-apa.
Tanpa gue sadari Rasta sudah pulang dan gue masih tak tersadar dari
lamunan tadi. Apa ini mimpi…? Barusan saja Rasta mengelus rambut gue. Muka gue
merah. Wow.. gue seneng banget. Sejak saat itu gue jadi suka senyum-senyum
sendiri kaya orang gila. Mau makan inget dia, mau belajar inget dia, mau mandi
inget dia, mau tidur dan berdo’a pun gue selalu inget dia. Ya ampun.. inikah
rasanya jatuh cinta…??
Waktu menunjukkan tepat pukul 12 malam, tapi nyokap dan bokap gue belum
juga pulang. Apa mereka enggak tau kalau gue kangen. Arghh… gue kesel. Setiap
gue tidur sampai gue terjaga dan tertidur lagi gue enggak bisa lihat mereka.
Gue enggak bisa peluk mereka. Yang ada cuma pesan di kulkas yang bertuliskan “
Selamat pagi sayang.. jangan lupa makan dan belajar ya.. Papa dan Mama akan
pulang sebelum kamu tidur “ selalu itu yang mereka tuliskan tapi kenyataannya
itu semua hanya bohong. Mereka menuliskan itu agar gue tidak khawatir dan
marah. Kadang gue berfikir bahwa ini sama saja seperti gue enggak punya orang
tua. Kekesalan gue itu gue bawa sampai saatnya gue tertidur pulas.
Kring..Kring…
Bunyi alarm jam beker yang bangunin gue tepat pukul 04.40. dengan tubuh
yang masih menempel di kasur gue raih jam beker itu, dan gue segera bangun dan
bersiap buat mandi dan rapikan tempat tidur plus buat sarapan.
Semua dah beres dan rapih, tinggal tunggu Rasta jemput. Karna waktu
masih pukul 05.40 gue pun mutusin tuk nonton acara kesukaan gue terlebih
dahulu. Tiba-tiba gue keingetan sama mata Rasta yang natap gue kemarin, yang
mengelus rambut gue kemarin. Mulai lagi deh gue ngelamunnya.
Tin.. Tin…
Suara klakson motor yang kayaknya
gue kenal membuyarkan lamunan gue. Gue segera bergegas keluar dan menghampiri motor
itu.
“ Pagi.. La… “ Sapa Rasta “ Sudah
siap kan…? “ Sambung Rasta dan enggak lupa senyuman yang lagi-lagi bikin gue
melayang.
“ Sudah dong.. “ Ucap gue dengan
balik senyum buat dia “ Tunggu yah gue kunci pintu rumah gue dulu. “ Ucap gue.
Selesai gue kunci, kita pun berangkat ke sekolah.
“ Ni helmnya, jangan lupa di pakai
yah.. “ Kata Rasta sambil memberi helmnya. Gue pun langsung pakai helm itu dan
gue bergegas naik ke motor satria milik Rasta itu. Deg… Lagi-lagi gue ngerasa
deg-degan dekat dia. Bukan dekat lagi tapi sangat dekat. Duh… Jangan sampai
salting, Yola.
“ Pegangan yang erat ya La.. “
seketika dia narik tangan gue ke perutnya. Aduh.. gue sudah enggak bisa nahan
lagi, muka gue sudah memerah seperti buah strawberry. Gue enggak bisa nolak
pegangan tangan Rasta.
30 menit menempuh perjalanan
akhirnya kita sampai di sekolah. Gue pun segera turun dari motornya agar gue
enggak salting kayak tadi. Setelah taruh helm di tempat penitipan dekat
parkiran, gue dan Rasta segera bergegas memasuki ruang kelas.
“ Rasta…!! “ Ucap wanita dari
kejauhan. Yah siapa lagi cewe yang terobsesi banget tuk dapetin Rasta. Namanya
Cici yang sering disebut-sebut sebagai cewek terpopuler di sekolah. Tapi, gue
benci dia, sangat. Tapi entah apa yang buat gue benci sama dia karna memang
enggak ada alasan buat gue benci sama dia. Entah mungkin gue cemburu lihat dia
yang selalu ngedeketin dan dapetin perhatian dari Rasta.
Rasta menoleh kebelakang dan dia
hanya tersenyum manis pada Cici. Geramnya gue sudah enggak bisa gue tahan.
Akhirnya gue tinggalin Rasta yang lagi ngobrol sama Cici. Dengan kesal gue
masuk ke ruang kelas. Namun emosi gue enggak mereda juga saat ngejauh malah
semakin kesal menghadapinya. Gue pun memendamkan wajah gue di kedua telapak
tangan yang sudah gue lipat di atas meja sambil meratapi kekesalan gue. Yang
mudah-mudahan emosi gue bisa mereda.
Saat gue ngerasa udah lebih
tenang dan gue berusaha mengangkat kepala gue, gue jadi semakin marah dan geram
lihat Cici yang berusaha memegang tangan Rasta. Enggak.. Ini sudah enggak bisa
di biarin gue harus bilang.. gue sudah enggak tahan lagi. Gue pun bangkit dari
tempat duduk dan berteriak tanpa gue sadari.
“ Cukup Cici… Rasta gue
sayaaaaaaanggggggggg sama lo.. Gue suka sama lo…. Gue Cinta…. “ Teriak gue
sambil meluapkan emosi gue dan menangis. Seketika temen-temen yang ada di kelas
gue ngeliatin gue dan semua sunyi enggak ada suara. Ups… apa yang sudah gue
katakan tadi..?? itu di luar dugaan gue. Akh… gue emang bener-bener sudah gila.
Sekarang Rasta jadi tahu semua. Tidak.. tidak hanya Rasta tapi semuanya, ya
semua orang tau bahwa gue suka sama dia.
Gue pun segera duduk kembali. Gue
coba tenangin diri gue. Entah setan apa yang sudah ngerasukin tubuh gue sampai
gue teriak kaya tadi.
“ Apa La..? Lo suka sama gue…? Gue
enggak salah dengerkan? “ Tanya Rasta terkejut dan tak percaya. Gue Cuma bisa
mengangguk dan nangis tanpa bisa mengeluarkan sepatah kata pun. Rasta pun
mencoba ngedeketin gue dan berusaha nenangin gue.
“ La, jawab pertanyaan gue apa lo
suka dan sayang sama gue..? Apa lo serius..? “ Tanya Rasta lagi sama gue. Dan
dia coba dengakkan kepala gue ke atas. “ La, tatap mata gue dan bilang kalau lo
serius dengan apa yang lo ucapin tadi “
“ Iya Ras, gue serius.. gue sayang
sama lo. Gue cinta sama lo. Dan, … dan gue suka sama lo, gue enggak mau lo sama
cewek lain. Gue cemburu “ Ucap gue pertama kali sambil menatap matanya.
Rasta diam dan tersenyum, entah
apa yang dia pikirkan tapi senyumannya menenangkan hati gue. Dia pun meluk gue.
Erat banget.
“ Gue juga sayang sama lo, gue
juga cinta dan suka sama lo… “ Ucap Rasta yang buat hati gue seneng banget. Oh
My God… apa ini nyata…? Dia ternyata punya perasaan yang sama kaya gue.
“ Apa lo mau jadi pacar gue tuk
yang terakhir…? “ Tanya Rasta yang bikin gue makin seneng dan bahagia. Dengan
segera gue bilang, Iya.. Iya gue mau jadi pacar lo.